KUNINGAN (MASS) – Dunia bergerak sangat cepat di era revolusi industri 4.0 ini. Bahkan sekarangpun sudah bergerak menuju ke revolusi industry 5.0 dan mungkin terus bergerak semakin melesat menuju ke revoluai industry ke- 6 dan ke – 7. Hadirnya kecerdasan buatan yang sering dikenal dengan istilah Artificial Intellegent (AI) membuat manusia harus memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh kecerdasan buatan ini. Manusia manusia yang mampu bertahan di industry saat ini adalah mereka yang tergolong kritis, kretif, inovatif, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi sebagai warga dunia yang terhubungkan oleh koneksi jaringan teknologi internet yang semakin cepat.
Perubahan kehidupan yang dirasakan sekarang ini pun tidak terpikirkan oleh banyak orang sepuluh tahun yang lalu. Sebagai orang orang yang berada di dunia pendidikan, tentunya kita semua harus mampu menyikapi dan bereaksi secara positif agar dapat mempersiapkan anak anak kita untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
Secara khusus pendidikan anak usia dini, sebagai pendidikan fondasi kehidupan, harus mampu memberikan bekal untuk menjawab tantangan jaman. Sebuah filosoofi lahir sejak tahun 1970 yang diangkat oleh Simon Nicholson tentang Loose Parts selaras dengan kebutuhan anak untuk memiliki keterampilan abad 21 yang di kenal dengan sebutan 4 Cs (Critical Thinking, Creativity, Collaboration, Communication).
Mengapa loose parts dipertimbangkan sebagai sebuah filosofi pendidikan yang selaras dengan pendidikan abad 21?. Bagaimana keterampilan anak dalam berfikir kritis, kreatif, bekerjasama dan berkomunikasi akan terasah pada saat bermain dengan loose part. Loose parts adalah kekayaan dari lokal, dimana kita berada, ada di bumi Indonesia tercinta. Loose Parts merupakan materials magic, sangat mempesona dan powerfull. Loose Parts mampu mengubah karakter anak dari yang semula takut-takut menjadi berani mencoba, membuat anak percaya diri, memiliki inisiatif yang tinggi, kreatif, kritis dan inovatif.
Loose Parts merupakan media pembelajaran untuk anak usia dini ketika sedang bermain. Loose parts dalam bahasa Indonesia disebut sebagai bahan lepasan. Mengapa disebut lepasan?. Karena material itu merupakan bagian (kepingan) yang mudah di lepas dan disatukan, dapat digunakan sendiri ataupun dengan benda benda lainnya untuk digabungkan atau dirangkai menjadi satu kesatuan dan setelah tidak digunakan dapat dikembalikan pada kondisi semula.
Dunia anak adalah dunia bermain. Sepanjang hari, setiap saat, hidup anak di penuhi dengan keceriaan dengan bermain. Bagi anak, bermain sesuatu yang menyenangkan. Bermain sendiri menyenangkan, bermain bersama orang tua menyenangkan, apalagi bermain bersama anak lain. Tentunya bermain lebih mengasyikkan dengan adanya benda-benda yang hadir di depan anak, dapat diamati, dipegang dan dimainkan anak. Bagi anak laki-laki ataupun perempuan pada umumnya memiliki mainan faforit masing masing. Berbagai mainan bisa menjadi mainan favorit anak, seperti bermain gundu, pasaran dengan daun daun dan bunga, bermain air, pasir, lumpur dan tanah liat menjadi mainan masa kecil yang sangat menyenangkan.
Pengembang teori Loose Parts adalah seorang arsitek kelahiran London yang bernama Simon Nicholson yang menerbitkan karyanya tentang How not to Cheat Chidren – the Theory of loose part “. Sebagai seorang arsitek, Nicholson menyatakan bahwa lingkungan adalah tempat interaktif bagi anak, dimana anak itu sendiri terlahir sebagai pribadi yang kreatif. Dengan lingkungan yang terbuka maka interaksi anak dengan lingkungan akan memberikan kemungkinan-kemungkinan yang membuat anak bisa menjadi penemu.
Menurut Sally Haughey, pendiri Fairy Dust Teaching , loose parts diartikan sebagai bahan bahan yang terbuka, dapat terpisah , dapat dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan dan digunakan sendiri ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain. Dapat berupa benda alam ataupun sintetis.
Dari definisi yang diungkapkan Haughey, maka ketika anak bermain dengan loose part, anak bisa memainkan loose parts sesuai dengan keinginannya. Anak mudah menggeser benda-benda yang telah di taruhnya di suatu tempat sebagai komponen dari satu bentuk tertentu.Begitu anak secara spontan menggeser salah satu benda-benda tersebut, maka struktur dari karya bisa berubah. Apalagi ketika ditambahkan beberapa barang lain baik yang sejenis atau yang tidak sejenis, maka secara keseluruhan bisa mengubah tampilan karya yang dibuat anak. Loose Parts memiliki sifat terbuka, sehingga sangat lentur, mudah untuk diubah, ditambahkan, dimodifikasi dan lain sebagainya.
Karena sifat loose parts yang terbuka, maka dalam memainkannya, anak tidak perlu menggunakan perekat yang menyebabkan benda-benda terikat secara permanen. Ikatan satu benda dengan benda lainnya lebih dimaksudkan berupa rangkaian yang mudah dirakit dan di lepas, dipasang dan di bongkar. Itulah sebabnya loose parts dapat digunakan berulang kali, tanpa batas dan bebas digunakan untuk dijadikan apapun sesuai ide atau keinginan penggunaannya. Bahkan setelah selesai digunakan, maka loose parts dapat berfungsi sebagai karakter asalnya, dikembalikan ke tempat semula dan begitu ia butuhkan maka dapat digunakan kembali. Loose Parts adalah barang barang yang mudah digunakan, murah harganya, mujarab manfaatnya.
Diane Kashin sebagai peneliti tentang Technology Inquiry Based Learning menuliskan di dalam blog-nya bahwa dengan bermain loose part maka anak akan menjadi pencipta/ perancang daripada sekedar menjadi pencipta atau perancang daripada sekedar menjadi pemakai (Loose Parts: Children as Creators rather than Consumers). Kashin mengatakan bahwa loose part merupakan material bebas dari apa saja yang dapat dimainkan anak, dapat berupa benda benda alam, benda benda daur ulang dan benda benda buatan pabrik. Yang dimaksud benda-benda alam adalah adalah benda-benda yang ditemukan di alam apa adanya, misalnya pasir, daun, ranting, bunga , batu, tanah, kerang dsb. Loose Parts juga dapat berupa benda benda daur ulang, misalnya bungkus permen, wadah-wadah bungkus permen, wadah-wadah bekas makanan, kemasan, kardus dan sebagainya. Sementara loose parts juga dapat berupa benda-benda buatan pabrik, misalnya perkakas rumah tangga, mebeler, mainan jadi, mur dan lain sebagainya.
Ada banyak alasan mengapa ruang bermain perlu memiliki berbagai loose parts, sehingga lingkungan belajar anak menjadi lingkungan yang interaktif, yang memungkinkan anak dapat bermain secara aktif.
Alasan-alasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Loose Parts kaya dengan nutrisi sensorial.
- Loose Parts dapat dipergunakan oleh anak sesuai pilihan anak.
- Loose Parts dapat diadaptasi dan dimanipulasi dalam banyak cara.
- Loose Parts mendorong kreativitas dan imajinasi.
- Loose Parts mengembangkan lebih banyak keterampilan dan kompetensi dibandingkan mainan jadi buatan pabrik.
- Loose Parts dapat digunakan dengaan cara-cara yang berbeda sesuai ide anak.
- Loose Parts dapat dikombinasikan dengan bahan-bahan lain untuk mendukung imajinasi anak.
- Loose Parts mendorong pembelajaran terbuka.
- Anak lebih memilih loose parts dibandingkan mainan modern.
Komponen Loose Parts terdiri dari :
- Bahan alam
- Plastik
- Logam
- Kayu dan bambu
- Benang dan kain
- Kaca dan keramik
- Bekas kemasan
Demikian kita mengenal loose parts sebagai media pembelajaran yang kaya akan manfaatnya. Pendidik dengan mudah bisa memperoleh dan menggunakan dalam pembelajaran untuk menstimulasi anak dengan maksimal. Media loose parts yang mudah di dapat dimana saja akan sangat mudah menunjang pembelajaran.
Refferensi :
- Siantajani, M.Pd.Dr. Yuliati. 2020. Loose PartsMaterial Lepasan Otentik Stimulasi PAUD.
- Mursid, M.Ag.2017. Pengembangan Pembelajaran PAUD
- Trelease.JIM.2017. The READ.ALouD HANDBook, The Washington Post.
Penulis :
Nunung Nuryati, M.Pd.
Dosen PG.PAUD Universitas Islam Al Ihya Kuningan